When I thought it was over …

Why does it hurt so baaadddd from Whitney Houston yang pelan-pelan tergantikan oleh Kahitna yang lagi seru setelah konsernya beberapa hari yang lalu.

Entah mengapa? Keluar dari lobby hotel itu yang terngiang-ngiang adalah lagu itu secara twisted. Wanna hear my version?

“Maaf, jika ku terlukaaaaa … Saat kamu memilih dirinyaaaaaaaa”

Gosh … Nyesekin banget deh!

Sabtu malam ini berawal dari kesibukan bersiap-siap kondangan spesial.  Kenapa spesial? Karena malem ini adalah pernikahan Ipus, adik Sonny. Nothing heboh happened. Baju udah siap, kebetulan saya udah punya kebaya ungu sesuai dress code. Awalnya saya berencana berangkat sendiri karena Vina Lubis (remember, my high school Friend) bakal bareng mas Dipo suaminya. Saya sudah pesan driver buat dateng anter saya ke kawinan. Well … balada dateng sendiri ke nikahan, buat dateng aja udah berat gituuu apalagi kalau harus nyetir sendiri, tambah miserable rasanya. Etapi untungnya si Lika (itu sahabat saya, Ambalika Kusuma) kontak tadi siang pas di kantor, “Buuu … Pulang kantor aku bareng ke rumahmu ya? Dandan … Ntar dijemput si Wuri.” Got it! Lupa kalo si Ipus juga kenal beberapa temen deket saya. Akhirnya saya batalin Pak Supir dan siap-siap bareng Lika dan tunggu jemputan dari Wuri.

Pas jam 19.00 Wuri udah klakson-klakson. Excited juga sih akhirnya si Ipus nikah sama Ferdi, her boy friend for more than 5 years sejak mereka sama-sama kuliah di Aussie dulu. How nice!

Masuk ke lobby bintang lima itu, keramaian mulai nampak. Kaca-kaca di belakang lobby bisa menembus kesibukan di poolside yang nampak dari kejauhan. Bunga-bunga di panggung pengantin dan giant screen nampak dengan sangat jelasnya. Suara soft jazz mulai terdengar saat kami menuruni tangga.

Setelah mengisi buku tamu, nampak Anti menggandeng Frea dengan Kebaya ungu a la Anne Avantie itu, “Mbak Wigggg … Kangennn!!!” Saya peluk cium Anti hangat. Sambil gendong Frea sebentar.

“Masuk mbak, mama pasti seneng banget tuh!”

“Iya lah … Kangen Mamah juga … Eh, mana Mas mu, Nti?” entah mengapa juga saya tanyakan hal itu.

“Ada di sini ….” terdengar suara lelaki yang seperti kehabisan suara.

“Eh … Hai, Son ….” Saya ulurkan tangan

Dia sambil ulurkan tangan dan …. pipi nya. I was like … Whatttt? Sebetulnya itu bukan sesuatu hal yang extraordinary, but …. It feels so ….. *speechless* … When it came from him.

Lika came to the rescue, Danty (istri Sonny) dateng dan sosialisasi terjadi …. Pfiuhhhhh!! Satu sisi saya lega, di sisi yang lain nyesel. What if Sonny got offended, etc. What the hell lah ….

He was so … so … apa ya? Intimate is not really the exact word. Hangat gitu …. Jadi bingung sendiri. Then I moved a long menuju panggung pengantin, ketemu Mimi the youngest yang udah bawa gandengan. “Mbak Wig, kangennnnn … Kenalin Dani yang sama aku.”

“Sama kamu ngapain, dek??” goda saya

“Mbak Wigggggg!!!!” tereaknya sambil cubitin saya abis.

Nampaknya Mimi sudah dikode sang Penganten, “Mbak buruan naik, mbak Ipus udah kode-kode tuh.”

Naik di panggung, mama sudah menyambut saya dengan tangan lebar, “Wig …. Ke mana aja? Lama gak nongol? Adikmu jadi manten itu lho. Semoga cepet nyusul ya?” katanya sambil mencium kening saya. Saya gak bisa ngomong … Saya cuman peluk dan ciumin mamah.

“Mbak Wig ….” saat saya sampai di iPus. Saya gak bisa berkata-kata, cuman happy karena finally mereka bersanding setelah a tough long distance relationship, perbedaan visi dan banyak lagi. Saya peluk dia erat, “Pus, I’m so happy for you.”

Pas turun panggung perasaan begitu membuncah. Overwhelming sekali.”Aku berasa pengen nangis bahagia campur aduk deh, Lik.” kata saya ke Lika

Melewati meja makan para sesepuh, saya sempatkan menyapa beberapa budhe dan eyang-eyang walaupun mungkin mereka juga tidak ingat siapa saya. “Wig, kowe kok tambah ayu …..” Alhamdulillah ya? *a la Syahrini* hahahhahahaah …..

Entah mengapa, kaki tetap melangkahkan kaki ke arah Sonny, seperti ada magnet yang begitu kuat untuk menarik saya. “duduk Wig.” “Makan, Wig.” “gini, Wig.” “gitu, Wig.” Hehhhh … ribet ama sih ini? Walaupun at the end, saya terima juga semangkok soup darinya. Bingung saya … kok dia jadi lebih hangat dari biasanya? Lelaki yang menolak ‘lebih’ karena I mean the world to him. Dia tidak mau jeopardizing our outstanding relationship yang gak jelas juga menurut saya.

Kenapa rasanya masih ‘kemrungsung’ begini ya kalo ketemu dia? Apakah karena ketemunya with the whole bunch of his family? I don’t know.I thought it was over, lho. Benerannn!! I just wish there’s another one like him out there. hmppffff!!! Cuman rasanya, rasa ‘lebih’ ini harus diilangin completely deh. HARUS!

Then, I called the night earlier It was only five to nine. This time, I kissed him first in front of his wife dan berlalu …. Feels good!

Let me weep tonight over my feeling to Sonny. I know things would be just fine! Nite-nite, people!

5 thoughts on “When I thought it was over …

Leave a comment

Blog at WordPress.com.